Nama : Nur Azizah Gani
Nim : B50121056
jenis Feature : Feature profil atau sketsa pribadi
kisah
ini bercerita tentang sosok laki - laki yang berhasil membuatku jatuh cinta
pada semester awal masuk didunia perkuliahan. pertemuanku dengannya adalah
pertemuan yang tidak sengaja, dimana dia berstatus sebagai kakak tingkat
disalah satu organisasi yang aku masuki saat itu. waktu itu, organisasi kami
sedang mengadakan kegiatan di salah satu taman dikota. saat itu kegiatannya
sampai magrib. aku masih sangat ingat bagaimana paniknya aku saat itu karena
kakakku tidak bisa menjemputku pulang karena dia ada urusan, mau pesan maxime
pun aku tidak bisa karena pada saat itu uangku tidak cukup, untuk minta bantuan
orang rumah juga tidak bisa karena ibu, bapak, dan adik – adik saya pergi
keluar kota saat itu dan otomatis rumahku tidak ada siapa – siapa. Saat itu aku
pasrah dan mau menangis rasanya karena aku benar – benar tidak tahu harus
pulang menggunakan apa sementara rumah juga cukup jauh dan taman semakin gelap
karena sudah magrib. Sahabatku yang menungguku untuk pulang pun ikut berpikir
keras cara apa yang harus aku lakukan agar bisa pulang. aku tidak bisa nebeng
dengannya karena dia juga hanya di antar sama pacarnya.
Sahabatku
itu mendapatkan ide dan menyuruh pacarnya yang merupakan kakak tingkat disana
untuk bertanya kepada temannya apakag bisa mengantar saya atau apakah ada yang
searah dengan saya pulangnya. Sebenarnya saya merasa tidak enak tapi kalau
ditolak saya tidak bisa pulang kerumah nantinya.
Saat
itulah, aku bertemu dengan dia. sosok laki – laki lucu dengan tinggi badan yang
tidak sampai 170 cm.
Matanya
sipit, kulitnya putih dan aku sudah bisa menebak dia pasti punya keturunan
china. dia punya suara yang halus dan sikap yang ramah. Itulah yang bisa aku
tangkap dari sifatnya saat pertama kali berinteraksi dengannya diatas motor. Dia
banyak bertanya tentang aku. Siapa namaku, jurusanku apa, kenapa mau masuk
organisasi ini dan sebagainya.
Lucu
dan nyaman. Itu yang aku rasa saat itu.
Aku
tau ternyata dia tinggal tidak jauh dari tempat tinggalku.
Saat
sampai dirumahku, kupikir, itu adalah interaksi pertama dan terakhir dengannya.
aku tersenyum kearahnya dengan mengucapkan terimahkasih sebanyak – banyak kedia
yang terus saja tersenyum dan mengatakan tidak apa – apa. Senelum pergi, dia
sempat mengatakan. “kalau mau pergi atau pulang dari kegiatan organisasi kabari
aja ya, biar bareng” setelah berkata begitu dia langsung melajukan motornya
menjauh.
Saat
itu, aku merasa dia mengatakan hal itu hanya bercanda atau hany skedar basa –
basi semata, dan saat itu pula aku merasa aku tidak akan berinteraksi lebih
lagi dengannya. saat sampai dikamar aku langsung bercerita dengan sahabatku
digrup khusus kami. Disana aku bercerita banyak tentang sosoknya dan sahabatku
juga merespon dan menjelaskan kepadaku tentang sosoknya lebih jauh.
Sahabatku
itu tau dari pacarnya yang jelas sudah mengenal tentang dia.
Sahabatku
bilang dia punya penyakit yang membuatnya tidak bisa lelah, kalau lelah dia
bisa kejang – kejang.
Dan
sahabatku juga memberitahu bahwa dia adalah seorang pemegang agama lain alias
nonis. Saat mendengar fakta itu, aku sebenarnya tidak kaget karena dari
penampilan dan juga wajahnya aku sudah bisa menebak lebih dulu. Sahabtku memperingati
padaku bahwa aku tidak boleh jatuh cinta dengannya.
Karena
katanya terlalu berat.
Tapi
sebagai manusia kita tidak bisa mengontrol perasaan kita akan jatuh untuk siapa
dan kepada siapa. Sangat disayangkan, saat itu rasanya hatiku sudah jatuh
untuknya. Rasanya saat itu, saya bisa kembali merasakan jatuh cinta itu
bagaimana.
aku
memutuskan untuk menganguminya dalam diam dan sama sekali tidak berharap bisa
berinteraksi lagi dengannya. karena saya merasa tahu diri.
Kegiatan
organisasi kembali datang dan saat itu pun tidak ada yang bisa mengantar aku
dan aku memutuskan untuk meminta tolong di grup angkatan organisasi untuk bertanya
apakah ada yang bisa aku tebeng ? dan ternyata ada. Sosok kakak tingkat
perempuan yang baru masuk organisasi tahun ini dan membuat kami jadi seangkatan.
Dijalan kami juga banyak mengobrol sampai tiba – tiba dia berseru. “Eh Jenan
titip salam katanya”
Mendengar
itu membuat perasaanku campur aduk. Bingung, kaget dan senang menjadi satu. aku
bertanya sekali lagi untuk memastikan yang aku dengar bukanlah sebuah
halusinasi semata. Tapi, saat kakak itu kembali mejawab dengan pernyataan yang
sama membuatku terdiam tidak percaya. “Katanya dia titip salam buat kamu!”
Saat
itu aku kembali jadi tau tentang dia yang lebih banyak.
Iya,
namanya jenan yang mana saat itu menduduki semester tiga dijurusan yang sama
denganku. Ia kelas internasional ternyata sekelas dengan ka nur—kakak tingkat
perempuan--.
Kegiatan
organisasi saat itu berlangsung dikampus, saat makan siang datang kami
dipersilahkan untuk keluar mencari makan sendiri. Ka nur mengajakku makan
bersama dan aku juga mengajak sahabatku untuk ikut. Tapi kendalanya saat itu
adalah motor yang ada hanya satu yaitu motor ka nur. Sahabatku tidak membawa
motor karena motornya dipake dirumah dan saat itu pacarnya juga sedang sakit.
Saat
itu kami memutuskan untuk berjalan keparkiran saja dulu dengan harapan ada
orang yang bisa kami ajak makan sekaligus untuk minta tebengan. Dan kebetulannya
dia disana, diparkiran. “Jenan! Mau kemana ?” tamya ka nur ke ka jenan yang
menjawab tanpa menoleh. “mau cari makanlah”
“bareng
kita aja, mau pergi makan juga ni” ajak ka nur yang hanya ditanggapi anggukan
kecil dari ka jenan.
Sudah
bisa ditebak. Aku semotor dengan ka jenan sementara ka nur semotor dengan
sahabatku. Tidak canggung sebenarnya saat itu, karena seperti kemarin ka jenan
banyak bertanya dan mengajak ngobrol dijalan. Memang tidak canggung tapi saya
yang sangat susah merasa santai karena jatung yang terus berdebar kencang. Kami
berempat sepakat makan di mas joko pinggir jalan, memesan tahu temped an bercerita
banyak hal disana.
Saat
itu, adalah saat pertama aku melihat wajah ka jenan dari dekat mengingat aku
duduk didepannya. Maskernya juga dilepas mengingat kemarin aku hanya bisa
melihat bagian matanya saja karena sebagian wajahnya tertutup dengan masker. Sesuai
dengan yang aku bayangkan. Ka jenan memang ganteng.
Setelah
selesai makan dan mengobrol banyak, kami memutuskan untuk kembali ke kampus
untuk kegiatan selanjutnya. Sama seperti sebelumnya, aku dan ka jenan sama –
sma. Dan seperti sebelumnya juga, aku dan ka jenan mengobrol banyak hal.
Dari
kegiatan itu, interaksi diantara kami semakin banyak, aku dan dia semakin
dekat. Aku masih sangat ingat rasa semangatku dulu saat datang ke kegiatan
organisasi agar bisa bertemu dengannya.
Kedekatan
kami juga terjadi di dalam grup organisasi dimana disana ka jenan benar – benar
terlihat seperti mendekatiku meskipun rasa saat itu aku tau kalau dia
sepertinya hanya bercanda dan main – main. Orang – orang di grup organisasi
merespon dengan menggoda dan aku hanya terus mengikuti alur sampai lupa aku
jadi terjatuh.
Ka
jenan orang yang sangat nyaman untuk diajak bicara ataupun ngobrol. Kedekatan kami
semakin dekat, dan rasaku padanya semakin dalam. Ka jenan suka mengirimiku
videonya menyanyi. Aku sangat suka suaranya, jujur, karena ini jugalah aku
semakin menyukainya. Aku jatuh cinta pada suaranya.
Ka
jenan suka music santai. Dia banyak memberikanku playlist lagu yang enak untuk
pengantar tidur. Ka jenan tahu cara memperlakukan seseorang dengan manis, dia
juga suka mengirimkan pap tentang aktivitasnya atau wajahnya yang tersenyum. Aku
sangat suka ka jenan menggirim foto saat menggunakan topi. Dia terlihat
menggemaskan untukku.
Ka
jenan suka memanggilku cantik seperti “iya cantik” “goodnight cantik”
Dan
aku juga merespon sebaliknya.
Aku
dan ka jenan suka saling melempar gombalan, jika diingat – ingat masa itu geli
juga tapi cukup lucu. Dulu, chat kami bisa sampai jam 3 subuh hanya untuk
membiarakan hal – hal random. Kami saling bercerita tentang semua hal entah
tentang masa lalu, hal yang disuka, hobi dan lainnya.
Ka
jenan juga pintar bermain gitar. Dan saat itu juga dia mengatakan akan
kerumahku untuk mengajariku bermain gitar.
Dia
benar – benar datang, saat itu aku sedang ada kelas online, aku sudah bilang ke
ka jenan dan dia bilang. “gapapa, nanti aku temenin”
Aku
zoom di Gazebo depan rumah dan ka jenan yang bermain gitar disampingku. Gitar yang
ka jenan mainkan adalah gitar kakakku yang sudah tidak pernah dia pakai, maka
dari itu aku minta izin untuk memakainya belajar gitar daripada menganggur
didalam kamarnya.
Hari
itu, hari pertama ka jenan ke rumahku adalah hari yang tidak pernah aku
lupakan. Lagi – lagi kami membicarakan banyak hal. Dia memperlihatkan foto –
foto semasa kecilnya dan juga foto – foto saudara – saudaranya. Aku tertawa
karena merasa ka jenan saat kecil benar – benar lucu. Dia juga memperlihatkan
foto – fotonya semasa di oprek dulu, sekali lagi aku tertawa. Ka jenan juga
mengajariku kunci dasar gitar. Aku sudah lupa dengan caranya sekarang karena
aku sudah tidak pernah latihan tapi saat itu aku sangat mengingat bagaimana
semangatnya aku belajar. Sampai saat ka jenan pulang, aku kembali belajar lewat
youtube dengan jariku yang perih karena menekan senar harus kuat.
Kalau
kata ka jenan. “harus terbiasa dulu, emang awalnya sakit tapi lama kelamaan
bisa kok”
Ka
jenan juga bercerita kalau ayahnya yang mengajari dia bermain gitar, ka jenan
bercerita kalau di rumahnya ada tujuh ekor anjing dan itu membuatku tertawa
renyah. “aman banget ya berarti rumahnya kaka” kataku dan dibalas anggukan
bangga dari ka jenan.
Sore
itu kita habiskan sampai jam magrib sudah lewat, sore itu hujan deras dan
selesai saat jam magrib sudah lewat, saat itu juga ka jenan pamit pulang. Aku merasa
tidak enak saat itu karena baju ka jenan cukup basah karena terkena hujan
padahal saat itu aku sudah menyuruhnya lebih masuk kedalam gazebo agar tidak
basah. Tspi, dari malam itu juga aku tau satu fakta lucu lagi tentang ka jenan.
Dia kalau pulang dari rumah orang saat hujan suka nyeker alias lepas alas kaki.
Aku juga tidak paham pola pikirnya tapi katanya itu menyenangkan dan sudah jadi
kebiasaannya dan aku hanya tertawa kecil saat melihat ka jenan menjauh dari
rumahku dengan kedua kakinya yang tidak memakai alas kaki. Seperti anak kecil.
Dari
pulang itu juga ka jenan menggabari kalau dia mau keluar lagi untuk belanja
bersama keluarganya. Dia menggirimkan pap untukku, aku tersenyum kecil lalu
sadar akan sesuatu. Kedekatanku dan ka jenan sekarang sebenarnya untuk apa ?
Perasaan
ku benar – benar sudah jatuh untuk ka jenan tapi sahabatku selalu mengingatkan
tentang perbedaan diantara kami yang tidak bisa menjadi satu.
Ayahku
juga sempat bertanya tentang sosok ka jenan saat ka jenan baru pulang dari rumahku.
Dia
darimana, alamatnya dimana, jurusan apa dan
Apakah
dia sudah shakat magrib ?
aku
tertengun saat itu dan menjawab “iya sudah”
aku
berbohong.
Kedekatan
antara aku dan ka jenan makin lama makin renggang. Sahabatku selalu
mengingatkan dan membuatku sadar kalau kedekatan ku dan ka jenan hanya semacam
omong kosong belakang yang jelas tidak memliki akhir yang baik. Saat itu, aku
sangat dengan terpaksa berusaha untuk berhenti menyukainya. Memaksa diriku
untuk tidak jatuh lebih dalam dengannya. karena menurutku, lebih baik sekarang
aku melepaskannya daripada saat kami memiliki hubungan dan perasaanku menjadi
semakin dalam dan tentunya akan semakin sulit dan semakin sakit untuk
melepskannya.
Aku
dan ka jenan adalah sebuah perbedaan yang tidak pernah bisa menjadi satu. Aminku
dan aminnya berbeda, shalomnya bukanlah jawaban dari assalamualaikumnya.
Ka
jenan memang dihadirkan dalam hidupku bukan untuk selamanya, tapi sosoknya
benar – benar meninggalkan bekas dan juga ruang yang tidak akan bisa diisi oleh
orang lain. Sosok ka jenan tidak akan pernah aku lupakan. Sosok dan kenangannya
abadi aku simpan dalam – dalam.
Ka,
aku memang harus belajar mengikhlaskan kan ? mengikhlaskan sesuatu hal yang
memang harus aku lepaskan.
Komentar
Posting Komentar